Penyebab Terjadinya Aurora selama seratus lima puluh
tahun terakhir banyak teori tentang aurora, antara lain bahwa aurora
terjadi karena pemantulan sinar matahari oleh partikel-partikel
es, pemantulan sinar matahari oleh awan, uap air yang mengandung sulfur,
pembakaran udara yang mudah terbakar, pancaran partikel magnetik, debu meteor
yang terbakar akibat gesekan dengan atmosfer maupun listrik yang timbul
antara dua kutub magnet bumi. Sekitar
tahun 1800-an karakteristik aurora mulai diketahui. Seorang ilmuwan Inggris
bernama Cavendish Elias Loomis berhasil menghitung ketinggian aurora yaitu
antara 52 s.d 71 mil (83km s.d
113,6 km). Tahun 1852 diketahui bahwa ada hubungan antara aktivitas geomagnet,
aurora, dan sunspot dimana frekuensi dan amplitudo ketiganya berfluktuasi
dengan periode yang hampir sama yaitu 11 tahunan. Tahun 1860, berhasil
membuat diagram yang menunjukkan daerah dengan kejadian aurora
paling banyak. Dari temuannya itu diketahui bahwa ternyata aurora
berhubungan dengan medan magnet bumi.Angstrom, seorang ilmuwan Swedia, pada
tahun 1867 berhasil melakukan pengukuran spektrum-spektrum dari
aurora. Penelitian tentang aurora semakin menemukan titik terang ketika seorang
fisikawan Inggris J.J. Thomson berhasil menemukan elektron. Setelah itu,
fisikawan Swedia Kristian Birkeland menyatakan bahwa aurora disebabkan
oleh sinar dari elektron yang diemisikan matahari. Ketika elektron-elektron itu
sampai ke bumi akan dipengaruhi oleh medan magnet bumi, dan terbawa ke daerah
lintang tinggi dan terjadilah aurora.
Proses Terjadinya Aurora.
Beberapa hal
penting yang berkaitan dengan terbentuknya aurora yaitu :
1Medan magnetik suatu planet, (dalam
hal ini bumi)
Angin Matahari, adalah suatu aliran
partikel bermuatan (yakni plasma),yang menyebar ke segala arah dari atmosfer
terluar matahari (korona),tersusun dari elektron berenergi tinggi dan proton,
yang mampu melepaskan diri dari gravitasi sebuah bintang, karena energi
panasnya yang sangat tinggi. Plasma adalah partikel sejenis gas yang telah
terionisasi. Pada umumnya gas tidak bermuatan, tetapi karena suhu yang sangat
panas di matahari menyebabkan partikel gar terionisasi maka terbentuklah
plasma, biasanya pada saat terjadi aktivitas matahari pancaran plasma
bertambah.
3. Interaksi
partikel-partikel atmosfer bumi dengan partikel bermuatan dari matahari
(plasma), kemudian saat mendekati medan magnet bumi (yangterpusat di kutub
utara dan selatan) maka plasma akan tertarik ke kutub-kutub bumi, saat bertemu
dengan partikel atmosfer bumi terjadi eksitasi-relaksasi elektron sehingga
memendarkan warna yang indah.
Dengan kata lain, Angin matahari yang membawa pancaran plasma
mendekati bumi, lalu plasma ini tertarik atau dibelokan ke pusat magnet
bumi (kutub utara danselatan), saat plasma ini bertemu partikel atmosfer bumi
terjadilah interaksi diantara keduanya sehingga memendarkan warna yang indah,
itulah Aurora.
Fenomena aurora ini terkait dengan selubung medan magnet atau
magnetosfer Bumi dan aktifitas kemunculan bahaya dari Matahari. Semakin
kuat dan lama cahaya aurora, dapat diperkirakan semakin kuat gangguan dari
Matahari yang dikenal sebagai badai matahari ( solar storm). Badai
Matahari adalah siklus kegiatan peledakan dahsyat dari masa
puncak kegiatan bintik matahari ( sunspot ), biasanya setiap 11
tahun akan memasuki periode aktivitas badai matahari. Sedangkan gangguannya
yang terjadi pada medan magnet Bumi, dinamakan badai magnet (magnetic storm).
Perubahan medan magnet yang mendadak tersebut menyebabkan partikel bermuatan
yang ada di atmosfer meningkat atau berubah arah (misalnya di lapisan
ionosfer). Aurora juga bisa muncul bila terjadi fenomena lanjutan pada
magnetosfer yang dikenal sebagai magnetic sub-storm. Peristiwa ini memunculkan
aurora oval di kutub-kutub Bumi yang simetri satu sama lain. Meski fenomena ini
telah diduga oleh para ahli sejak lama, bukti observasi baru diperoleh pada
tahun
2001 melalui
pengamatan satelit NASA.
Lokasi dan Waktu Terjadinya Aurora
Peranan medan magnet yang besar pada terjadinya aurora
menyebabkan aurora paling sering terjadi di daerah di sekitar kutub utara
dan kutub selatan magnetiknya, dan sangat jarang terjadi di daerah katulistiwa.
Aurora yang terkenal adalah Aurora Borealis(di kutub utara) dan Aurora
Australis (di kutub selatan)
Aurora borealis paling sering disaksikan di Fairbanks, Alaska, dan
beberapalokasi di Kanada Timur, Islandia dan Skandinavia Utara. Aurora
australis paling jarang terlihat karena aurora ini biasanya justru terlihat
terang di daerah yang jarang penduduknya. Aurora australis biasanya sering
terlihat di Australia pada siklus 11 tahunaktivitas titik matahari. Titik-titik
matahari maksimum berlangsung pada tahun 2000.Aurora Australis pernah terlihat
di Tasmania.
Selain lokasi, cuaca dan polusi, cahaya juga mempengaruhi kualitas aurora.
DiAlaska, waktu terbaik untuk melihat aurora adalah pada bulan-bulan Maret dan
September hingga Oktober akhir. Saat itu langit dalam keadaan gelap dan
cuacanya sangat cerah. Saat musim panas, langit malam tidak terlalu gelap. Sebaliknya
pada musim dingin, udara menjadi terlalu dingin sehingga mengganggu kenyamanan
orang-orang yang ingin mengamatinya.Aurora muncul dalam berbagai bentuk yang
berbeda. Penampakannya berubah-ubah, Tahap paling indah adalah pada tengah
malam. Aurora juga membentuk pita-pitacahaya dengan berbagai warna, biasanya
berwarna hijau, kuning, biru atau merah tua.Warna-warna yang dihasilkan
disebabkan benturan partikel dan molekul atau atom yang berbeda.Warna yang
terlihat bergantung pada ketinggian dan jenis molekul yang ada diatmosfer.
Elektron berenergi tinggi dan proton bergerak ke bawah menuju medan magnet
bumi dan bertumbukan di atmosfer yang kebanyakan mengandung atom-atom
oksigen dan nitrogen. Hasil dari tumbukan tersebut adalah atom-atom dan
molekul-molekul yang adadi atmosfer tereksitasi ke tingkatan energi yang lebih
tinggi.
Warna-warna
yang kita lihat pada aurora bergantung pada gas di atmosfer
yang bertumbukan dengan partikel bermuatan yang dibawa oleh angin
matahari. Terdapat dua gas utama yang ada di atmosfer yang paling berpengaruh
pada pembentukan cahaya aurora:
a) Oksigen, dapat
menghasilkan dua warna utama aurora, yaitu hijau-kuningyang memiliki panjang
gelombang 557,7 nm, warna ini paling sering terlihat,dan merah yang memiliki
panjang gelombang 630 nm, namun warna ini jarang terlihat.
b) Nitrogen,
yang pada keadaan terionisasi akan menghasilkan warna biru muda. Pada keadaan
netral, molekul nitrogen menghasilkan warna merah keunguan.
Kesimpulan :
Aurora terbentuk karena interaksi partikel-partikel atmosfer bumi dengan
partikel bermuatan dari matahari yang disebut dengan plasma. Plasma adalah
partikel sejenis gasyang telah terionisasi. Pada umumnya gas tidak bermuatan,
tetapi karena suhu yang sangat panas di matahari menyebabkan partikel
terionisasi maka terbentuklah plasma. Plasma ini dipancarkan matahari ke segala
arah (biasanya pada saat terjadi aktivitasmatahari, pancaran plasma bertambah),
kemudian saat mendekati medan magnet bumi (yang terpusat di kutub utara dan
selatan) maka plasma akan tertarik ke kutub-kutub bumi (gejala ini disebut
angin matahari), saat bertemu dengan partikel atmosfer bumi terjadi
eksitasi-relaksasi elektron sehingga memendarkan warna yang indah. Peranan
medan magnet yang besar pada terjadinya aurora menyebabkan
aurora paling sering terjadi di daerah di sekitar kutub utara dan kutub
selatan magnetiknya, dan sangat jarang terjadi di daerah katulistiwa. Aurora
yang terkenal adalah Aurora Borealis (di kutub utara) dan Aurora Australis (di
kutub selatan).
Aurora borealis paling sering disaksikan di Fairbanks, Alaska, dan beberapa
lokasi di Kanada Timur, Islandia dan Skandinavia Utara. Aurora australis
paling jarang terlihat karena aurora ini biasanya justru terlihat terang di
daerah yang jarang penduduknya. Aurora australis biasanya sering terlihat
di Australia pada siklus 11 tahun aktivitas titik matahari.Warna-warna yang
kita lihat pada aurora bergantung pada gas di atmosfer yang bertumbukan
dengan partikel bermuatan yang dibawa oleh angin matahari. Terdapat dua gas
utama yang ada di atmosfer yang paling berpengaruh pada pembentukan cahaya
aurora yaitu oksigen dan nitrogen. Fenomena munculnya cahaya berwarni-warni di atas
langit kutub yang biasa disebut aurora juga terjadi di atmosfer planet selain
Bumi. Jika di Saturnus baru sajadiketahu, di Planet Mars malah sudah berhasil
dipetakan. Selain itu, menurut pengamatan, aurora juga ditemukan di
Jupiter, Neptunus dan Uranus, yang ketiganya memiliki medan magnet yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan Bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar