Laman

Sabtu, 16 Januari 2016

Review Film "Filosofi Kopi"


         
 Cerita ini diangkat dari novel Dewi “Dee” Lestari, dengan suguhan film yang menampilkan konsep kopi. Bagaimana arti dari setiap kopi. Bahkan perjuangan dalam membuat kopi ternikmat. Film ini dibintangi oleh seorang aktor yang handal yaitu Chico Jerico dan Rio Dewanto. Karya terbaru dari sutradara Cahaya dari timur:Beta Maluku ini  secara mengejutkan justru berhasil menghadirkan terang dan gelap dari sebuah kehidupan dengan bermain-main bersama perpaduan antara rasa manis dan pahit pada secangkir kopi. Filosofi Kopi: imperfecto searching for perfecto.
Sebuah film yang menyajikan kehidupan Chico Jerikho sebagai Ben yang menjadi seorang Barista dan Rio Dewanto sebagai Jodi yang menjadi pemilik Filosofi Kopi. Di pertengahan film, Jullie Estelle juga muncul sebagai El yaitu seorang blogger dengan spesialisasi coffee tasting. Pada saat customer datang ke Filosofi menanyakan tentang filosofi dari setiap kopi yang mereka nikmati, dengan tenang dan santai Ben memberikan deskripsi setiap kopi dengan kalimat-kalimat bernada puitis andalannya. Ben sejak kecil sudah berteman dengan Jodi, pria yang mengelola kedai kopi yang mereka namai Filosofi Kopi, karena ia berperan pada sektor keuangan demi menjaga kelangsungan bisnis mereka tersebut. Ya, kelangsungan bisnis, Ben dan Jody bersama tiga karyawan mereka sedang berupaya untuk menutup hutang sebesar Rp. 800 juta yang ditinggalkan oleh almarhum ayah Jody. 
Pada suatu hari datanglah seorang pengusaha yang diperankan Ronny P Tjandra ke kedai Filosofi Kopi untuk memberikan tantangan kepada Ben,  Pria tersebut meminta mereka untuk membuat kopi paling nikmat di Indonesia bahkan di dunia yang kelak akan ia tawarkan kepada investor, serta imbalan yang sangat besar pada uang tunai dengan nominal sepuluh digit. Ben faktanya berhasil menciptakan sebuah kopi yang ia sebut perfecto dan yakin kopi tersebut dapat membawa mereka memenangkan tantangan tadi, namun kehadiran seorang food blogger kelas internasional bernama El menggoyahkan keyakinan tersebut dan membawa konflik lain kedalam filosofi kopi. El memberitahukan bahwa kopi yang paling enak selama ini yang ia pernah nikmati adalah kopi tiwus. Ben membantah perkataan El dang mengajak El untuk menuju ke tempat kopi tiwus. Sesampai di perkebunan kopit tiwus, Ben diajari bahwa yang terpenting dalam membuat kopi bukanlah teknik atau resep yang digunakan, tetapi membuat kopi harus dengan perasaan hati yang tulus.
Akhirnya pada saat membuat kopi terenak yang akan diberikan kepada investor yang diperankan Baim Wong, Ben menggunakan kopi tiwus dengan menggunakan perasaan yang tulus, sehingga ia mendapat uang dan dapat melunasi hutang Filosofi Kopi.  Tetapi pada akhirnya Ben pulang kampong dan membantu ayahnya. Setelah itu ia kembali lagi ke Filosofi Kopi, dengan kondisi berbeda. Dimana Filosofi Kopi kini dalam bentuk mobil berkeliling, dan mempunyai misi untuk menjual kopi dengan keliling Indonesia.
Film ini mampu memberikan kesan yang tidak sederhana dan ditampilkan dengan cara yang sederhana. Ini merupakan kesuksesan dari film ini, dimana kita akan melihat beberapa adegan racikan kopi yang memiliki ribuan makna, pesan, dan isu menarik untuk ditelisik. Penonton juga bisa membayangkan gambaran-gambaran seorang barista yang tidak biasanya ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kopi sebagai objek utama dalam film ini  juga menjadi jalan untuk membuka ruang bermain baru dimana penonton akan mencicipi berbagai isu tentang kehidupan, mungkin seperti itu misi utama Filosofi Kopi sejak sinopsis dibagian awal. Hal tersebut tampil manis, konflik utama mereka jaga di pusat cerita tapi secara perlahan dan juga bertahap mereka juga mendorong masuk beberapa konflik lain tanpa menghasilkan distraksi yang mencuri atensi penonton dari irama menyenangkan yang tercipta sejak awal.
Layaknya sebuah cerita dengan mengusung tema kopi, film “Filosofi Kopi” menyampaikan ajaran moral pada kita, bahwa lakukanlah semuanya dengan hati bukan dengan nafsu. Penggambaran ini terlihat pada saat EL, Ben, dan Jodi mengunjungi kopi tiwus milik Pak Seno. Dimana Pak Seno menunjukkan bahwa ia membuat kopi tersebut hanya dengan teknik yang biasa. Namun, hatilah yang menentukan hasilnya. Film ini juga membangkitkan kesadaran tentang kekayaan dan kekuatan Indonesia dalam hal keberadaan kopinya. Keberadaan kopi dalam film ini memang benar-benar kuat. Beberapa macam kopi Indonesia hadir dan diceritakan disini.
Sayang, meskipun El hadir di film tersebut, tidak banyak adegan romance yang ditampilkan. Pada saat Jodi bertemu dengan El, Jodi seperti memiliki ketertarikan terhadap El. Tetapi tidak ditampilkan secara jelas bagaimana akhirnya. Hanya saja pada akhirnya Ben bertemu dengan El, dan meminta tanda tangan El. Sebaiknya pada akhir cerita agar memiliki akhir yang baik. Diceritakan kembali apakah pada endingnya El bersama dengan Jodi atau Ben. Penonton juga sempat dibingungkan pada saat adegan dimana Ben datang ke sebuah pemakaman. Dalam adegan tersebut terlihat Ben mengunjungi makam



Secarik Makna Kopi Tersembunyi dalam Filosofi Kopi”

Judul                                       :Filosofi Kopi (2015)
Tanggal Launcing perdana    : 9 April 2015
Genre                                      : Drama
Sutradara                                : Angga Dwimas Sasongko
Penulis                                                : Jenny Jusuf
Produser                                  : Handoko Hendroyono, Glenn Fredly, Anggia                   
Produksi                                  : Visinema Pictures
MPAA Rating                          : Remaja (R)






STRUKTUR TEKS
PARAGRAF
Orientasi 1
Cerita ini diangkat dari novel Dewi “Dee” Lestari, dengan suguhan film yang menampilkan konsep kopi. Bagaimana arti dari setiap kopi. Bahkan perjuangan dalam membuat kopi ternikmat. Film ini dibintangi oleh seorang aktor yang handal yaitu Chico Jerico dan Rio Dewanto. Karya terbaru dari sutradara Cahaya dari timur:Beta Maluku ini  secara mengejutkan justru berhasil menghadirkan terang dan gelap dari sebuah kehidupan dengan bermain-main bersama perpaduan antara rasa manis dan pahit pada secangkir kopi. Filosofi Kopi: imperfecto searching for perfecto.

Orientasi 2
Sebuah film yang menyajikan kehidupan Chico Jerikho sebagai Ben yang menjadi seorang Barista dan Rio Dewanto sebagai Jodi yang menjadi pemilik Filosofi Kopi. Di pertengahan film, Jullie Estelle juga muncul sebagai El yaitu seorang blogger dengan spesialisasi coffee tasting. Pada saat customer datang ke Filosofi menanyakan tentang filosofi dari setiap kopi yang mereka nikmati, dengan tenang dan santai Ben memberikan deskripsi setiap kopi dengan kalimat-kalimat bernada puitis andalannya. Ben sejak kecil sudah berteman dengan Jodi, pria yang mengelola kedai kopi yang mereka namai Filosofi Kopi, karena ia berperan pada sektor keuangan demi menjaga kelangsungan bisnis mereka tersebut. Ya, kelangsungan bisnis, Ben dan Jodi bersama tiga karyawan mereka sedang berupaya untuk menutup hutang sebesar Rp. 800 juta yang ditinggalkan oleh almarhum ayah Jodi. 

Tafsiran Isi 1

Pada suatu hari datanglah seorang pengusaha yang diperankan Ronny P Tjandra ke kedai Filosofi Kopi untuk memberikan tantangan kepada Ben,  Pria tersebut meminta mereka untuk membuat kopi paling nikmat di Indonesia bahkan di dunia yang kelak akan ia tawarkan kepada investor, serta imbalan yang sangat besar pada uang tunai dengan nominal sepuluh digit. Ben faktanya berhasil menciptakan sebuah kopi yang ia sebut perfecto dan yakin kopi tersebut dapat membawa mereka memenangkan tantangan tadi, namun kehadiran seorang food blogger kelas internasional bernama El menggoyahkan keyakinan tersebut dan membawa konflik lain kedalam filosofi kopi. El memberitahukan bahwa kopi yang paling enak selama ini yang ia pernah nikmati adalah kopi tiwus. Ben membantah perkataan El dang mengajak El untuk menuju ke tempat kopi tiwus. Sesampai di perkebunan kopit tiwus, Ben diajari bahwa yang terpenting dalam membuat kopi bukanlah teknik atau resep yang digunakan, tetapi membuat kopi harus dengan perasaan hati yang tulus.
Tafsiran Isi 2
Akhirnya pada saat membuat kopi terenak yang akan diberikan kepada investor yang diperankan Baim Wong, Ben menggunakan kopi tiwus dengan menggunakan perasaan yang tulus, sehingga ia mendapat uang dan dapat melunasi hutang Filosofi Kopi.  Tetapi pada akhirnya Ben pulang kampung dan membantu ayahnya. Setelah itu ia kembali lagi ke Filosofi Kopi, dengan kondisi berbeda. Dimana Filosofi Kopi kini dalam bentuk mobil berkeliling, dan mempunyai misi untuk menjual kopi dengan keliling Indonesia.

Tafsiran Isi 3
Film ini mampu memberikan kesan yang tidak sederhana dan ditampilkan dengan cara yang sederhana. Ini merupakan kesuksesan dari film ini, dimana kita akan melihat beberapa adegan racikan kopi yang memiliki ribuan makna, pesan, dan isu menarik untuk ditelisik. Penonton juga bisa membayangkan gambaran-gambaran seorang barista yang tidak biasanya ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kopi sebagai sang objek utama dalam film ini  juga menjadi jalan untuk membuka ruang bermain baru dimana penonton akan mencicipi berbagai isu tentang kehidupan, mungkin seperti itu misi utama Filosofi Kopi sejak sinopsis dibagian awal. Hal tersebut tampil manis, konflik utama mereka jaga di pusat cerita tapi secara perlahan dan juga bertahap mereka juga mendorong masuk beberapa konflik lain tanpa menghasilkan distraksi yang mencuri atensi penonton dari irama menyenangkan yang tercipta sejak awal.

Evaluasi 1
Layaknya sebuah cerita dengan mengusung tema kopi, film “Filosofi Kopi” menyampaikan ajaran moral pada kita, bahwa lakukanlah semuanya dengan hati bukan dengan nafsu. Penggambaran ini terlihat pada saat EL, Ben, dan Jodi mengunjungi kopi tiwus milik Pak Seno. Dimana Pak Seno menunjukkan bahwa ia membuat kopi tersebut hanya dengan teknik yang biasa. Namun, hatilah yang menentukan hasilnya. Film ini juga membangkitkan kesadaran tentang kekayaan dan kekuatan Indonesia dalam hal keberadaan kopinya. Keberadaan kopi dalam film ini memang benar-benar kuat. Beberapa macam kopi Indonesia hadir dan diceritakan disini.

Evaluasi 2
Sayang, meskipun El hadir di film tersebut, tidak banyak adegan romance yang ditampilkan. Pada saat Jodi bertemu dengan El, Jodi seperti memiliki ketertarikan terhadap El. Tetapi tidak ditampilkan secara jelas bagaimana akhirnya. Hanya saja pada akhirnya Ben bertemu dengan El, dan meminta tanda tangan El. Sebaiknya pada akhir cerita agar memiliki akhir yang baik. Diceritakan kembali apakah pada endingnya El bersama dengan Jodi atau Ben. Penonton juga sempat dibingungkan pada saat adegan dimana Ben datang ke sebuah pemakaman. Dalam adegan tersebut terlihat Ben mengunjungi makam umat kristiani. Sementara, pada awalnya tadi Ben diberitahukan bahwa ibunya meninggal saat ingin mengaji. Dengan begini, dapat disimpulkan bahwa makam yang dikunjungi oleh Ben  adalah makam ayah dari Jodi.
Rangkuman:
      Kehadiran El dalam film ini memberikan banyak arti bagi Ben dan juga Jodi. El mampu memberitahukan Ben dan Jodi bagaimana sesungguhnya cara membuat kopi yang enak tersebut. Selain itu, aksi seruput kopi disana-sini yang ditampilkan dengan menggoda. Tidak perfecto memang, namun seperti salah satu kalimat yang ia miliki, “kopi yang enak akan selalu menemukan penikmatnya”, Filosofi Kopi dengan kesederhanaannya secara mengejutkan berhasil memberikan sebuah refresh terkait kehidupan layaknya secangkir kopi yang membangunkan kita dari rasa kantuk, bahwa kehidupan yang enak akan selalu berhasil ditemukan oleh mereka yang mampu untuk berani dalam menikmati kehidupan tersebut.


Kaidah:
1.       Kosakata:
a.       Pada saat customer datang ke Filosofi Kopi menanyakan tentang filosofi dari setiap kopi yang mereka nikmati, dengan tenang dan santai Ben memberikan deskripsi setiap kopi dengan kalimat-kalimat bernada puitis andalannya.

2.      Istilah Asing:
a.       Di pertengahan film, Jullie Estelle juga muncul sebagai El yaitu seorang blogger dengan spesialisasi coffee tasting.

3.     Kata Dasar:
a.       Tetapi pada akhirnya Ben pulang kampung dan membantu ayahnya.
*Membantu = Bantu.


4.      Antonim:
a.       Hal tersebut tampil manis, konflik utama mereka jaga di pusat cerita tapi secara perlahan.
*Manis = Pahit.

5.      Verba:
a. Dalam adegan tersebut terlihat Ben mengunjungi makam umat kristiani.

KATA DASAR
VERBA AKTIF
VERBA PASIF
Kunjung
Mengunjungi
dikunjungi

6.     Nomina:
a.       kelangsungan bisnis, Ben dan Jodi bersama tiga karyawan mereka sedang berupaya untuk menutup hutang sebesar Rp. 800 juta yang ditinggalkan oleh almarhum ayah Jodi.

7.      Nomina Turunan:
a.       Penonton juga sempat dibingungkan pada saat adegan dimana Ben datang ke sebuah pemakaman.

8.      Pronomina:
a.       Layaknya sebuah cerita dengan mengusung tema kopi, film “Filosofi Kopi” menyampaikan ajaran moral pada kita, bahwa lakukanlah semuanya dengan hati bukan dengan nafsu. Penggambaran ini terlihat pada saat EL, Ben, dan Jodi mengunjungi kopi tiwus milik Pak Seno.

9.      Adjektiva:
a.       Hanya saja pada akhirnya Ben bertemu dengan El, dan meminta tanda tangan El. Sebaiknya pada akhir cerita agar memiliki akhir yang baik.

10.  Konjungsi:
a.       Pada saat Jodi bertemu dengan El, Jodi seperti memiliki ketertarikan terhadap El, tetapi tidak ditampilkan secara jelas bagaimana akhirnya.

11.   Preposisi:
a.       Karya terbaru dari sutradara Cahaya dari timur:Beta Maluku ini  secara mengejutkan justru berhasil menghadirkan terang dan gelap dari sebuah kehidupan.

12.  Artikel:
a.       Kopi sebagai sang objek utama dalam film ini  juga menjadi jalan untuk membuka ruang bermain baru dimana penonton akan mencicipi berbagai isu tentang kehidupan, mungkin seperti itu misi utama Filosofi Kopi sejak sinopsis dibagian awal.

13.  Kalimat Simpleks:
a.       Bahkan perjuangan dalam membuat kopi ternikmat.


Tugas Bahasa Indonesia

Menyusun Teks Ulasan Film  Filosofi Kopi

Disusun oleh    : Dessy Permata Sari
Kelas               : XI UPW 1

2 komentar: